PEMBELAJARAN ANDRAGOGI
• Pengertian Andragogi
Andragogi secara etimologis, andragogi berasal dari bahasa Latin “andros” yang berarti orang dewasa dan “agogos“ yang berarti memimpin atau melayani.. andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).
Pengertian andragogy menurut para ahli
a. Alexander Kapp
merupakan ahli yang pertama kali menggunakan istilah andragogi membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi."Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.
b. Professor T.T Ten have
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pebelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
c. Malcolm Shepherd Knowles (1984)
Andragogi merupakan suatu usaha untuk mengembangkan teori belajar khusus untuk orang dewasa yang menekankan bahwa orang dewasa adalah orang yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas keputusan.
d. Dugan Laird (Hendayat S. 2005: 135)
mengatakan bahwa andragogi mempelajari bagaimana orang dewasa belajar. Laird yakin bahwa orang dewasa belajar dengan cara yang secara signifikan berbeda dengan cara-cara anak dalam memperoleh tingkah laku baru.
e. Robert M. Gagne
mengemukakan yang terpenting bagi pendidikan orang dewasa terutama yang berkaitan dengan kondisi belajar.
f. UNESCO (1976)
Merupakan proses pendidikan yang terorganisir di luar sekolah dengan berbagai bahan belajar, tingkatan, dan metode baik yang bersifat resmi maupun tidak meliputi upaya kelanjutan atau perbaikan pendidikan yang diperoleh dari sekolah, akademi, universitas atau magang.
• Perkembangan Teori Belajar Orang Dewasa
istilah andragogi Ditemukannya pada tahun 1833 oleh Alexander Kapp yang menjelaskan andragogi dengan menggunakan istilah Pendidikan Orang Dewasa. Berikut ini sejarah perkembangan penggunaan istilah andragogi dari tahun ke tahun sebagai teori pendidikan baru di samping teori pedagogi:
1. Pada abad 18 sekitar tahun 1833, Alexander Kapp menggunakan istilah Pendidikan Orang Dewasa untuk menjelaskan teori pendidikan yang dikembangkan dan dilahirkan ahli-ahli filsafat seperti Plato. Kemudian Gernan Enchevort membuat studi tentang asal mula penggunaan istilah andragogi.
2. Pada abad 19 tepatnya tahun 1919, Adam Smith memberikan sebuah argumentasi tentang pendidikan untuk orang dewasa “pendidikan juga tidak hanya untuk anak-anak, tetapi pendidikan juga untuk orang dewasa”.
3. Tahun 1921, Eugar Rosenstock menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa menggunakan guru khusus, metode khusus dan filsafat khusus. Edward Lindeman menerbitkan buku “Meaning Of Adult Education” yang pada intinya berisi tentang: 1) Pendekatan Pendidikan orang dewasa dimulai dari situasi, 2) Sumber utama pendidikan orang dewasa adalah pengalaman.
4. Pada tahun 1929, Lawrence P. jacks menulis dalam journal Adult of education, bahwa pendapatan dan kehidupan adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan. Ia mengistilahkan pendidikan orang dewasa (POD) dengan Continuing School dan berbasis pada pendapatan dan kehidupan.
5. Tahun 1930, Arceak AB mengenalkan istilah pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup dalam rangka pendidikan untuk manusia. Pada tahun itu Robert D. Leigh menyimpulkan dari hasil studinya dalam journal Adult Education bahwa belajar orang dewasa sangat berkaitan erat dengan pengalaman sehari-hari, sehingga pengetahuan baru harus berdasar pengalaman hidup sehari-hari.
6. Pada tahun 1931, Lyman Buson menyusun buku “Adult Education” yang membahas secara terperinci tentang tujuan pendidikan orang dewasa sebagai sebuah bentuk sosial untuk mencapai kesamaan tujuan program pada semua institusi pendidikan orang dewasa.
7. Tahun 1938, Alan Rogers menulis dalam journal Adult Education bahwa salah satu tipe pendidikan orang dewasa adalah berdasarkan penggunaan metode baru sebagai prosedur atau langkah pada pembelajarannya.
8. Sekitar tahun 1939, Rat Herton menulis dalam journal Adult Education bahwa pada High School, dalam belajar orang dewasa mempunyai beberapa pengetahuan atau kecakapan sehingga proses belajar harus seperti yang dimulai atau dilakukan orang yang belajar tersebut. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Ben H. Cherrington yang ditulis dalam journal Adult Education, bahwa pada pendidikan orang dewasa yang demokratis, orang belajar menggunakan metode belajar aktif mandiri dan bebas memilih belajar dan hasil belajar. Anggapan tersebut dipertegas lagi oleh Wandell Thoman dalam journal Adult Education, bahwa pendidikan orang dewasa berbeda dengan sekolah di dalam keindividualan dan tanggung jawab sosial.
9. Dimulai pada tahun 1950, Malcolm Knowles menyusun “Informal Adult Education” yang menyatakan bahwa inti Pendidikan orang dewasa berbeda dengan Pendidikan tradisional. Rogers menyatakan bahwa pendidikan juga dihubungkan dengan perubahan tingkah laku, dimana hal ini sesuai dengan pembelajaran orang dewasa.
10. Tahun 1954, Kurt Lewin menyatakan bahwa belajar terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang efektif dilakukan melalui kelompok.
11. Tahun 1961, April O. Houle menyatakan bahwa orang-orang dewasa tertarik pada continuing education dan alasan orang-orang dewasa belajar adalah: 1) the goal – oriented learners, 2) the activity – oriented learners, 3) the learning– oriented learners.
12. Tahun 1961, Maslow menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus mencapai aktualisasi diri. Carl Rogers menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus dapat menunjukan fungsinya.
• Karakteristik Belajar Orang Dewasa
1. Orang Dewasa Telah Memiliki Lebih Banyak Pengalaman Hidup
2. Orang Dewasa Memiliki Motivasi yang Tinggi Untuk Belajar
3. Orang Dewasa Telah Memiliki Banyak Peran dan Tanggung Jawab
4. Orang Dewasa Lebih Beragam dari Pada Pemuda
5. Setiap individu berbeda dalam kemampuan serta kesiapannya menghadapi kelompok-klelompok belajar.
Sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut, maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi .
• Prinsip-prinsip belajar orang dewasa
Menurut Lindeman terdapat lima (5) prinsip belajar teori belajar orang dewasa:
1. Orang dewasa termotivasi belajar apabila “belajar” tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan minatnya, oleh karena itu titik berangkat pembelajaran orang dewasa adalah menemukan kebutuhan dan minat warga belajar.
2. Orientasi belajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan(life centere), oleh karena itu unit pembelajaran orang dewasa harus terkait dengan kehidupan, bukan pelajaran.
3. Pengalaman adalah sumber belajar yang paling baik bagi orang dewasa, sehingga metode menggunakan pengalaman dan analisis pengalaman.
4. Orang dewasa mempunyai kebutuhan yang dalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directing) oleh karena itu pengalaman adalah guru dalam pembelajaran dengan mengambangkan pengetahuan.
5. Perbedaan individu antara orang dewasa semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya usia, olehkarena itu gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar harus di ijinkan/ditolelir.
• Prinsip Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa memiliki 10 Prinsip yang membedakannya dengan jenis pendidikan yang lain, yaitu :
1. Prinsip kemitraan
2. Prinsip pengalaman nyata
3. Prinsip kebersamaan
4. Prinsip partisipasi
5. Prinsip keswadayaan
6. Prinsip kesinambungan
7. Prinsip manfaat
8. Prinsip kesiapan
9. Prinsip lokalitas
10. Prinsip keterpaduan
• Proses belajar andragogy
Proses belajar yang bersifat andragogis meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa,
b. Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif,
c. Mendiagnosis kebutuhan belajar,
d. Merumuskan tujuan belajar,
e. Mengembangakn rancangan kegiatan belajar,
f. Melaksanakan kegiatan belajar, dan
g. Mendiagnosa kembali kebutuhan belajar (evaluasi).
• Asumsi-asumsi Pokok Teori Belajar Orang Dewasa
Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
1. Konsep Diri
Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction).
2. Peranan Pengalaman
Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru.
3. Kesiapan Belajar
Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.
4. Orientasi Belajar
Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa.
• Implikasi konsep diri orang dewasa thd pembelajaran
1. Iklim belajar , ruaangan yang nyaman
2. Peserta diikutsertakan dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya
3. Peserta diikutsertaan dalam perencanaan
4. Evaluasi: evaluasi diri
Sumber :
andragogi oleh Sungkono (KTP FIP UNY), http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Sungkono,%20M.Pd./ANDRAGOGI%20(file%20lengkap).pdf diakses pada tanggal 18 maret 2020
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/02/teori-belajar-orang-dewasa-andragogi.html diakses pada tanggal 18 maret 2020
Andragogi secara etimologis, andragogi berasal dari bahasa Latin “andros” yang berarti orang dewasa dan “agogos“ yang berarti memimpin atau melayani.. andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching).
Pengertian andragogy menurut para ahli
a. Alexander Kapp
merupakan ahli yang pertama kali menggunakan istilah andragogi membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa, dengan andragogi."Social-pedagogy" lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.
b. Professor T.T Ten have
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pebelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
c. Malcolm Shepherd Knowles (1984)
Andragogi merupakan suatu usaha untuk mengembangkan teori belajar khusus untuk orang dewasa yang menekankan bahwa orang dewasa adalah orang yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas keputusan.
d. Dugan Laird (Hendayat S. 2005: 135)
mengatakan bahwa andragogi mempelajari bagaimana orang dewasa belajar. Laird yakin bahwa orang dewasa belajar dengan cara yang secara signifikan berbeda dengan cara-cara anak dalam memperoleh tingkah laku baru.
e. Robert M. Gagne
mengemukakan yang terpenting bagi pendidikan orang dewasa terutama yang berkaitan dengan kondisi belajar.
f. UNESCO (1976)
Merupakan proses pendidikan yang terorganisir di luar sekolah dengan berbagai bahan belajar, tingkatan, dan metode baik yang bersifat resmi maupun tidak meliputi upaya kelanjutan atau perbaikan pendidikan yang diperoleh dari sekolah, akademi, universitas atau magang.
• Perkembangan Teori Belajar Orang Dewasa
istilah andragogi Ditemukannya pada tahun 1833 oleh Alexander Kapp yang menjelaskan andragogi dengan menggunakan istilah Pendidikan Orang Dewasa. Berikut ini sejarah perkembangan penggunaan istilah andragogi dari tahun ke tahun sebagai teori pendidikan baru di samping teori pedagogi:
1. Pada abad 18 sekitar tahun 1833, Alexander Kapp menggunakan istilah Pendidikan Orang Dewasa untuk menjelaskan teori pendidikan yang dikembangkan dan dilahirkan ahli-ahli filsafat seperti Plato. Kemudian Gernan Enchevort membuat studi tentang asal mula penggunaan istilah andragogi.
2. Pada abad 19 tepatnya tahun 1919, Adam Smith memberikan sebuah argumentasi tentang pendidikan untuk orang dewasa “pendidikan juga tidak hanya untuk anak-anak, tetapi pendidikan juga untuk orang dewasa”.
3. Tahun 1921, Eugar Rosenstock menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa menggunakan guru khusus, metode khusus dan filsafat khusus. Edward Lindeman menerbitkan buku “Meaning Of Adult Education” yang pada intinya berisi tentang: 1) Pendekatan Pendidikan orang dewasa dimulai dari situasi, 2) Sumber utama pendidikan orang dewasa adalah pengalaman.
4. Pada tahun 1929, Lawrence P. jacks menulis dalam journal Adult of education, bahwa pendapatan dan kehidupan adalah dua hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan. Ia mengistilahkan pendidikan orang dewasa (POD) dengan Continuing School dan berbasis pada pendapatan dan kehidupan.
5. Tahun 1930, Arceak AB mengenalkan istilah pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup dalam rangka pendidikan untuk manusia. Pada tahun itu Robert D. Leigh menyimpulkan dari hasil studinya dalam journal Adult Education bahwa belajar orang dewasa sangat berkaitan erat dengan pengalaman sehari-hari, sehingga pengetahuan baru harus berdasar pengalaman hidup sehari-hari.
6. Pada tahun 1931, Lyman Buson menyusun buku “Adult Education” yang membahas secara terperinci tentang tujuan pendidikan orang dewasa sebagai sebuah bentuk sosial untuk mencapai kesamaan tujuan program pada semua institusi pendidikan orang dewasa.
7. Tahun 1938, Alan Rogers menulis dalam journal Adult Education bahwa salah satu tipe pendidikan orang dewasa adalah berdasarkan penggunaan metode baru sebagai prosedur atau langkah pada pembelajarannya.
8. Sekitar tahun 1939, Rat Herton menulis dalam journal Adult Education bahwa pada High School, dalam belajar orang dewasa mempunyai beberapa pengetahuan atau kecakapan sehingga proses belajar harus seperti yang dimulai atau dilakukan orang yang belajar tersebut. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Ben H. Cherrington yang ditulis dalam journal Adult Education, bahwa pada pendidikan orang dewasa yang demokratis, orang belajar menggunakan metode belajar aktif mandiri dan bebas memilih belajar dan hasil belajar. Anggapan tersebut dipertegas lagi oleh Wandell Thoman dalam journal Adult Education, bahwa pendidikan orang dewasa berbeda dengan sekolah di dalam keindividualan dan tanggung jawab sosial.
9. Dimulai pada tahun 1950, Malcolm Knowles menyusun “Informal Adult Education” yang menyatakan bahwa inti Pendidikan orang dewasa berbeda dengan Pendidikan tradisional. Rogers menyatakan bahwa pendidikan juga dihubungkan dengan perubahan tingkah laku, dimana hal ini sesuai dengan pembelajaran orang dewasa.
10. Tahun 1954, Kurt Lewin menyatakan bahwa belajar terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang efektif dilakukan melalui kelompok.
11. Tahun 1961, April O. Houle menyatakan bahwa orang-orang dewasa tertarik pada continuing education dan alasan orang-orang dewasa belajar adalah: 1) the goal – oriented learners, 2) the activity – oriented learners, 3) the learning– oriented learners.
12. Tahun 1961, Maslow menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus mencapai aktualisasi diri. Carl Rogers menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus dapat menunjukan fungsinya.
• Karakteristik Belajar Orang Dewasa
1. Orang Dewasa Telah Memiliki Lebih Banyak Pengalaman Hidup
2. Orang Dewasa Memiliki Motivasi yang Tinggi Untuk Belajar
3. Orang Dewasa Telah Memiliki Banyak Peran dan Tanggung Jawab
4. Orang Dewasa Lebih Beragam dari Pada Pemuda
5. Setiap individu berbeda dalam kemampuan serta kesiapannya menghadapi kelompok-klelompok belajar.
Sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaan diri tersebut, maka suasana belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun, mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu sanksi .
• Prinsip-prinsip belajar orang dewasa
Menurut Lindeman terdapat lima (5) prinsip belajar teori belajar orang dewasa:
1. Orang dewasa termotivasi belajar apabila “belajar” tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan minatnya, oleh karena itu titik berangkat pembelajaran orang dewasa adalah menemukan kebutuhan dan minat warga belajar.
2. Orientasi belajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan(life centere), oleh karena itu unit pembelajaran orang dewasa harus terkait dengan kehidupan, bukan pelajaran.
3. Pengalaman adalah sumber belajar yang paling baik bagi orang dewasa, sehingga metode menggunakan pengalaman dan analisis pengalaman.
4. Orang dewasa mempunyai kebutuhan yang dalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directing) oleh karena itu pengalaman adalah guru dalam pembelajaran dengan mengambangkan pengetahuan.
5. Perbedaan individu antara orang dewasa semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya usia, olehkarena itu gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar harus di ijinkan/ditolelir.
• Prinsip Andragogi atau Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa memiliki 10 Prinsip yang membedakannya dengan jenis pendidikan yang lain, yaitu :
1. Prinsip kemitraan
2. Prinsip pengalaman nyata
3. Prinsip kebersamaan
4. Prinsip partisipasi
5. Prinsip keswadayaan
6. Prinsip kesinambungan
7. Prinsip manfaat
8. Prinsip kesiapan
9. Prinsip lokalitas
10. Prinsip keterpaduan
• Proses belajar andragogy
Proses belajar yang bersifat andragogis meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa,
b. Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif,
c. Mendiagnosis kebutuhan belajar,
d. Merumuskan tujuan belajar,
e. Mengembangakn rancangan kegiatan belajar,
f. Melaksanakan kegiatan belajar, dan
g. Mendiagnosa kembali kebutuhan belajar (evaluasi).
• Asumsi-asumsi Pokok Teori Belajar Orang Dewasa
Malcolm Knowles (1970) dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:
1. Konsep Diri
Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction).
2. Peranan Pengalaman
Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru.
3. Kesiapan Belajar
Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.
4. Orientasi Belajar
Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa.
• Implikasi konsep diri orang dewasa thd pembelajaran
1. Iklim belajar , ruaangan yang nyaman
2. Peserta diikutsertakan dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya
3. Peserta diikutsertaan dalam perencanaan
4. Evaluasi: evaluasi diri
Sumber :
andragogi oleh Sungkono (KTP FIP UNY), http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Sungkono,%20M.Pd./ANDRAGOGI%20(file%20lengkap).pdf diakses pada tanggal 18 maret 2020
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/02/teori-belajar-orang-dewasa-andragogi.html diakses pada tanggal 18 maret 2020
Komentar
Posting Komentar